MAKLAH
“MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)”
Disusun
Untuk Menyelesaikan Salah Satu Tugas Dari Dosen Mata Kuliah Pengantar Ilmu
Ekonomi

Dosen: Hj. Dewi
Maharani, S.IP.,M.Si
Disusun
Oleh :
Yana Mulyana
|
AN II H
|
1148010319
|
Yanuar Ramadhan
|
AN II H
|
1148010320
|
Yulia Widya Aryani
|
AN II H
|
1148010327
|
Yuli Rahmawati
|
AN II H
|
1148010325
|
Yuni Kosmalinda
|
AN II H
|
1148010328
|
Yuni Norma Aulia
|
AN II H
|
1148010329
|
Zahara Syadila Korimah
|
AN II H
|
1148010331
|
Zia Faturahman Aziz
|
AN II H
|
1148010332
|
ADMINISTRASI
NEGARA
FAKULTAS
ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS
ISLAM NEGRI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan hal yang sangat
penting dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan
perekonomian yang lebih baik dan ini akan menjadi indikator keberhasilan
pembangunan ekonomi suatu negara. Dalam hal mempercepat pertumbuhan ekonomi ada
banyak hal yang menjadi jalan keluar agar dapat memacu percepatan tersebut,
mulai dari melakukan pembenahan internal kondisi perekonomian disuatu
negara bahkan sampai melakukan kerjasama internasional dalam segala bidang
untuk dapat memberikan kontribusi positif demi percepatan pertumbuhan ekonomi.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu faktor sumber
daya manusia, faktor sumber daya alam, faktor ilmu pengetahuan dan teknologi,
faktor budaya dan faktor daya modal. Lalu kita dapat melihat bagaimana
ke-lima faktor tersebut sudah secara maksimal dikelola, faktanya ada beberapa
negara di kawasan Asia Tenggara yang masih terbelakang dalam pengelolaan
beberapa faktor tersebut walaupun kita juga dapat melihat beberapa negara
lainnya sudah cukup mampu mengelola dengan baik.
Jika melihat
bagaimana Indonesia mengelola kelima faktor tersebut, beberapa faktor
masih belum dapat dimaksimalkan untuk itu Indonesia dan sembilan negara lainnya
membentuk ASEAN Community 2015 atau Komunitas ASEAN 2015 dengan tujuan yang
baik. MEA adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN dalam artian adanya system
perdagaangan bebas antara Negara-negara asean. Indonesia dan sembilan negara
anggota ASEAN lainnya telah menyepakati perjanjian Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC). Maka dari itu saya mencoba membuat
suatu pemaparan mengenai Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dalam sebuah makalah
yang berjudul “Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) Tahun 2015 “.
B.
Rumusan Masalah
1.
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
2. Ekonomi
ASEAN 2015
3. Tujuan
Ekonomi ASEAN 2015
4. Kesiapan
Indonesia dalam Menghadapi MEA 2015
5. Hambatan
MEA 2015
6. Langkah
Strategis Dalam Menghadapi MEA
7. Karakteristik
Dan Unsur MEA
8. Dampak MEA
Bagi Masyarakat Indonesia
9. Konsep
Ekonomi Islam Yang Menyejahterakan
10. Kesiapan
indonesia dalam menghadapi MEA 2015
11. Pendapat
Masyarakat Indonesia Dalam Menanggapi MEA
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Untuk Menjelaskan Tentang MEA
2.
Untuk Menjelaskan Keadaan Ekonomi ASEAN 2015
3.
Untuk Memaparkan Tujuan dari Ekonomi ASEAN 2015
4.
Untuk Memaparkan Sejauh Mana Kesiapan Negara Indonesia
dalam Menghadapi MEA 2015
5.
Untuk Memaparkan Hambatan MEA 2015
6.
Untuk Memaparkan Cara yang Harus Digunakan untuk
Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN
7.
Untuk Menjelaskan Karakteristik dan Unsur MEA
8.
Untuk Menjelaskan Dampak MEA bagi Masyarakat Indonesia
9.
Untuk Menjelaskan Konsep Ekonomi Islam yang Menyejahterakan
10. Untuk
Menjelaskan Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi MEA 2015
11. Untuk
Memaparkan Pendapat Masyarakat Indonesia dalam Menggapai MEA
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN dalam
artian adanya system perdagaangan bebas antara Negara-negara asean. Indonesia
dan sembilan negara anggota ASEAN lainnya telah menyepakati perjanjian
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC). Pada
KTT di Kuala Lumpur pada Desember 1997 Para Pemimpin ASEAN memutuskan untuk
mengubah ASEAN menjadi kawasan yang stabil, makmur, dan sangat kompetitif
dengan perkembangan ekonomi yang adil, dan mengurangi kemiskinan dan
kesenjangan sosial-ekonomi. Pada KTT Bali pada bulan Oktober 2003, para
pemimpin ASEAN menyatakan bahwa MEA akan menjadi tujuan dari integrasi ekonomi
regional pada tahun 2020, ASEAN Security Community dan Komunitas Sosial-Budaya
ASEAN dua pilar yang tidak terpisahkan dari Komunitas ASEAN. Semua pihak diharapkan
untuk bekerja secara kuat dalam
membangun Komunitas ASEAN(2020).
Selanjutnya, Pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN yang
diselenggarakan pada bulan Agustus 2006 di Kuala Lumpur, Malaysia, sepakat
untuk memajukan MEA dengan target yang
jelas dan jadwal untuk pelaksanaan.
Pada KTT ASEAN ke-12 pada bulan Januari 2007, para Pemimpin
menegaskan komitmen mereka yang kuat untuk mempercepat pembentukan Komunitas
ASEAN pada tahun 2015 yang diusulkan di ASEAN Visi 2020 dan ASEAN Concord II,
dan menandatangani Deklarasi Cebu tentang Percepatan Pembentukan Komunitas
ASEAN pada tahun 2015. Secara khusus, para pemimpin sepakat untuk
mempercepat pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN pada tahun 2015 dan untuk
mengubah ASEAN menjadi daerah dengan perdagangan bebas barang, jasa, investasi,
tenaga kerja terampil, dan aliran modal yang lebih bebas.
B.
Ekonomi ASEAN 2015
Indonesia akan memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015,
dimana dengan tujuan yang baik itu diharapkan mampu membawa perubahan untuk
pertumbuhan ekonomi di Indonesia agar lebih baik. Apabila kita melihat lebih
jauh dibalik tujuan untuk meningkatkan stabilitas perekonomian antar negara
ASEAN artinya sisi lain yang dapat kita lihat bahwa sama saja seperti
meliberalisasikan arus barang, tenaga kerja, investasi dan modal. Liberalisasi
arus barang artinya akan terjadi pengurangan dan penghilangan hambatan tarif.
Liberalisasi modal akan dilakukan dengan meniadakan aturan administrasi yang
menghambat penanaman modal, artinya semua orang yang masuk kawasan ASEAN
dapat menanamkan modalnya dinegara ASEAN secara lebih mudah. Selain itu adanya
liberalisasi tenaga kerja dimana kita bebas mencari lapangan pekerjaan tidak
hanya di dalam negeri melainkan dikawasan ASEAN.
C.
Tujuan Ekonomi ASEAN 2015
Tujuan dibuatnya Ekonomi ASEAN 2015 yaitu untuk meningkatkan
stabilitas perekonomian dikawasan ASEAN. Dengan dibentuknya kawasan
ekonomi ASEAN 2015 ini diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah dibidang
ekonomi antar negara ASEAN, dan untuk di Indonesia diharapkan tidak terjadi
lagi krisis seperti tahun 1997.
D.
Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN
2015
Dalam beberapa hal, Indonesia dinilai belum siap menghadapi
Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Namun banyak peluang yang dapat kita lihat
dari Ekonomi ASEAN 2015 ini. Banyak kalangan yang merasa ragu dengan kesiapan
Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Dalam kekhawatiran
mengenai terhantamnya sektor-sektor usaha dalam negeri kita, jika kita
mengingat bagaimana hubungan bilateral Indonesia dengan China. Kini China mampu
menguasi pasar domestik kita yang pada akhirnya dapat mengganggu stabilitas
Indonesia. Tentunya hal ini tidak ingin terjadi pada Indonesia apabila era Masyarakat
Ekonomi ASEAN 2015 ini akan membuat semakin terpuruknya usaha-usaha dan produk
lokal. Kita tidak ingin sektor usaha khususnya kelas mikro, kecil dan menengah
harus mati karena tidak mampu bersaing dengan masuknya produk dari sembilan
negara lainnya. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan produk dalam
negeri oleh pemerintah, namun hal terpenting yang sebaiknya dilakukan
adalah meningkatkan daya saing Indonesia. Berdasarkan fakta peringkat daya
saing Indonesia periode 2012-2013 berada diposisi 50 dari 144 negara, masih
berada dibawah Singapura yang diposisi kedua, Malaysia diposisi ke dua puluh
lima, Brunei diposisi dua puluh delapan, dan Thailand diposisi tiga puluh
delapan. Melihat kondisi seperti ini, ada beberapa hal yang menjadi faktor
rendahnya daya saing Indonesia menurut kajian Kementerian Perindustrian RI
yaitu kinerja logistik, tarif pajak, suku bunga bank, serta produktivitas
tenaga kerja yang kurang maksimal. Jika kita menilai, terlihat industri
Indonesia masih belum siap untuk menghadapi era Masyarakat Ekonomi ASEAN ini,
karena masih banyaknya masalah yang belum menemui titik terang seperti lemahnya
terhadap pengawasan produk-produk impor, penyelundupan, isu keamanan yang
mengganggu investasi, serta mahalnya tarif terminal handling charge.
Ada beberapa cabang industri yang perlu ditingkatkan daya
saingnya agar dapat mengamankan pasar dalam negeri yaitu cabang otomotif,
elektronik, pakaian jadi, alas kaki, makanan dan minuman, serta funitur.
Mungkin beberapa cabang industri lain Indonesia masih lebih unggul dari negara
tetangga akan tetapi pada sektor industri jasa Indonesia dianggap sama sekali
tidak memiliki keunggulan. Tantangan lain dalam sektor industri adalah mengenai
upah minimum, kepastian hukum, biaya transportasi barang terlampau mahal.
Kekhawatiran lain juga terjadi akibat lemahnya daya saing sumber daya manusia
bangsa, hal ini tercermin dalam rendahnya kualitas SDM di Indonesia.
Berdasarkan fakta yang dirilis Human Development Index Indonesia masih
berada di posisi 121 dari 185 negara, itu artinya masih perlu pembenahan dalam
memaksimalkan daya saing SDM di Indonesia melalui kesempatan pendidikan, dan
kesehatan. Masalah yang kita lihat mengenai kualitas SDM sebenarnya hanyalah
salah satu masalah mendasar yang dialami Indonesia. Tanpa SDM yang berkualitas
rakyat didaerah tidak mampu mengolah kekayaan alam yang berlimpah menjadi
produk yang bernilai ekspor. Peningkatan SDM yang masih menjadi pekerjaan rumah
bangsa Indonesia ini tak kunjung usai. Era Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 telah datang, kita mesti sadar bahwa semua ini
menuntut kita untuk bisa meningkatkan kualitas SDM, jika tidak jangan berharap
bahwa Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 ini akan menjadi peluang besar, bisa jadi akan
menimbulkan masalah yang sama tapi lebih besar. Contoh dari kasus yang terjadi ketika memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN
2015 dimana semua tenaga kerja dapat mencari pekerjaan dikawasan ASEAN dengan
beberapa profesi yang disepakati untuk bebas bekerja di negara-negara ASEAN
seperti perawat, arsitek, dokter, akuntan, dan lain-lain dan segala kemudahan
yang didapat namun masalah yang dipastikan akan terjadi apabila SDM di
Indonesia tidak mampu bersaing mendapatkan pekerjaan tersebut, bisa kita
bayangkan berapa persentase pengangguran dengan sebagian kecil orang yang mampu
bersaing dengan sembilan negara lainnya, sudah pasti tingkat pengganguran
akan jauh lebih besar. Dalam waktu yang cukup singkat ini setelah memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015,
bangsa Indonesia sebaiknya berbenah untuk memperbaiki kualitas SDM melalui mutu
pendidikan yang merata tanpa kesenjangan sehingga kita akan percaya diri untuk
bersaing dengan bangsa lain. Selain dua hal tersebut kekhawatiran lain muncul
dari segi infrastruktur, menurut data kementerian keuangan anggaran
infrastruktur tahun ini mncapai 206 triliun rupiah atau naik dibanding tahun
lalu, namun rasionya masih dibawah 2% dari PDB meskipun setiap tahun anggaran
infrastruktur mengalami kenaikan tetap belum signifikan untuk meningkatkan
pembangunan. Minimnya anggaran infrastruktur dan masalah regulasi yang
kurang jelas.
Membuat pembangunan infrastruktur terhambat. Padahal apabila
ada kejelasan regulasi akan ada investor yang menanamkan modalnya. Kualitas dan
kuantitas infrastruktur di Indonesia sudah tidak mampu mendorong percepatan
pembangunan ekonomi, padahal Indonesia sudah memasuki era Masyarakat Ekonomi
ASEAN 2015 dimana semua ini menuntut adanya infrastruktur yang memadai untuk
menunjang percepatan pembangunan ekonomi. Yang paling krusial adalah membenahi
infrastruktur serta biaya logistik, saat ini Indonesia biayanya mencapai 16%
dari total biaya produksi padahal normalnya hanya berkisar 9-10%.
E.
Hambatan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015
Hambatan yang dihadapi oleh pekerja Indonesia untuk bekerja
di negara ASEAN adalah mengenai bahasa dan perbedaan peraturan kerja, maka
perlu ditingkatkan kemampuan bahasa dan pemahaman aturan di negara-negara
ASEAN. Karena kedua hal tersebut menjadi factor yang mendasar untuk bisa
berinteraksi lancar dengan bangsa lain,
serta bisa menjalani hidup sesuai aturan di Negara tersebut.
F.
Langkah Strategis
Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean
Indonesia harus mulai mempersiapkan diri jika tidak ingin
menjadi sasaran masuknya produk-produk negara anggota ASEAN. Indonesia
harus banyak belajar dari pengalaman pelaksanaan free trade
agreement (FTA) dengan China, akibatnya China menguasai pasar komoditi
Indonesia. Tidak ada pilihan lain selain menghadapi dengan percaya diri bahwa
bangsa Indonesia mampu dan menjadi lebih baik perekonomiannya dalam keikutsertaan
Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 ini. Beberapa langkah strategis yang perlu
dilaksanakan oleh pemerintah ialah dari sektor usaha perlu meningkatkan
perlindungan terhadap konsumen, memberikan bantuan modal bagi pelaku
usaha mikro, kecil dan menengah, memperbaiki kualitas produk dalam negeri dan
memberikan label SNI bagi produk dalam negeri agar memiliki nilai ekspor
sehingga mampu bersaing, mendorong swasta untuk memanfaatkan pasar terbuka.
Dalam sektor investasi, Indonesia dinilai akan menjadi negara yang lebih banyak
diuntungkan karena diharapkan investasi asing mampu tumbuh pesat di Indonesia.
Dalam sektor tenaga kerja Indonesia perlu meningkatkan
kualifikasi pekerja, meningkatkan mutu pendidikan serta pemerataannya dan
memberikan kesempatan yang sama kepada masyarakat. Sektor infrastruktur perlu
adanya perbaikan infrastruktur fisik melalui pembangunan atau perbaikan
infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi, jalan tol, pelabuhan,
dan restrukturisasi industri. Selain itu, perlu adanya sosialisasi kepada
masyarakat luas mengenai adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 sehingga
masyarakat memiliki kesadaran yang diharapkan mampu menumbuhkan rasa percaya
diri dan kesiapannya dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 ini. Kita
akan mampu menghadapi berbagai macam tantangan dalam datangnya era Masyarakat
Ekonomi ASEAN 2015 apabila kita mempunyai daya saing yang kuat, persiapan yang
matang, sehingga produk-produk dalam negeri akan menjadi tuan rumah dinegeri
sendiri dan kita mampu memanfaatkan kehadiran Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015
untuk kepentingan bersama dan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
G.
Karakteristik Dan Unsur
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
MEA adalah realisasi
tujuan akhir dari integrasi ekonomi yang dianut dalam Visi 2020, yang
didasarkan pada konvergensi kepentingan negara-negara anggota ASEAN untuk
memperdalam dan memperluas integrasi ekonomi melalui inisiatif yang ada dan
baru dengan batas waktu yang jelas. dalam mendirikan MEA, ASEAN harus bertindak
sesuai dengan prinsip-prinsip terbuka, berorientasi ke luar, inklusif, dan
berorientasi pasar ekonomi yang konsisten dengan aturan multilateral serta
kepatuhan terhadap sistem untuk kepatuhan dan pelaksanaan komitmen ekonomi yang
efektif berbasis aturan.
MEA akan membentuk ASEAN sebagai pasar dan basis produksi
tunggal membuat ASEAN lebih dinamis dan kompetitif dengan mekanisme dan
langkah-langkah untuk memperkuat pelaksanaan baru yang ada inisiatif ekonomi;
mempercepat integrasi regional di sektor-sektor prioritas, memfasilitasi
pergerakan bisnis, tenaga kerja terampil dan berbakat dan memperkuat
kelembagaan mekanisme ASEAN. Sebagai langkah awal untuk mewujudkan Masyarakat Ekonomi
ASEAN.
pada saat yang sama, MEA akan mengatasi kesenjangan
pembangunan dan mempercepat integrasi terhadap Negara Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam melalui Initiative for ASEAN
Integration dan inisiatif regional lainnya.
Bentuk Kerjasamanya adalah :
Bentuk Kerjasamanya adalah :
- Pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan kapasitas;
- Pengakuan kualifikasi profesional
- Konsultasi lebih dekat pada kebijakan makro ekonomi dan keuangan;
- Langkah-langkah pembiayaan perdagangan
- Meningkatkan infrastruktur
- Pengembangan transaksi elektronik melalui e-ASEAN
- Mengintegrasikan industri di seluruh wilayah untuk mempromosikan sumber daerah
- Meningkatkan keterlibatan sektor swasta untuk membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN
Pentingnya perdagangan eksternal terhadap ASEAN dan
kebutuhan untuk Komunitas ASEAN secara keseluruhan untuk tetap melihat ke
depan,
karakteristik utama Masyarakat Ekonomi ASEAN :
karakteristik utama Masyarakat Ekonomi ASEAN :
- Pasar dan basis produksi tunggal,
- Kawasan ekonomi yang kompetitif,
- Wilayah pembangunan ekonomi yang merata
- Daerah terintegrasi penuh dalam ekonomi global.
Karakteristik ini saling berkaitan kuat. Dengan Memasukan
unsur-unsur yang dibutuhkan dari masing-masing karakteristik dan harus
memastikan konsistensi dan keterpaduan dari unsur-unsur serta pelaksanaannya
yang tepat dan saling mengkoordinasi di antara para pemangku kepentingan yang
relevan.
H.
Dampak MEA Bagi Masyarakat
Terhitung sejak 2003-2013, Penguasaan lahan oleh korporasi
(dengan luas 5.000-30.000 Ha) mengalami pertumbuhan sebesar 24,57%. Hal ini
berakibat makin hilangnya akses petani gurem dan kecil terhadap lahannya (luas
lahan 0-5000) sebanyak 5.177.195. Ketika MEA diberlakukan, maka para
petani akan semakin termarginalkan karena kalah bersaing dengan korporasi
besar. Tak pelak, angka kemiskinan kaum tani bahkan jumlah pengangguran pun
semakin meningkat (Rahmi Hertanti, Indonesia For Global Justice).
Belum lagi imbas persaingan produk lokal dan impor. Dengan
modal yang jauh lebih besar, dan penguasaan teknologi canggih plus keberpihakan
negara, maka negara besar dapat memproduksi barang jauh lebih banyak, yang
konsekuensinya dapat menghasilkan harga jual lebih rendah. Sementara masyarakat
pada umumnya memilih membeli produk yang lebih murah meski impor, sehingga
lambat-laun pengusaha lokal pun akan banyak yang gulung tikar karena kalah
saing.
Yang lebih berbahaya lagi adalah jika korporasi asing dapat
masuk menguasai sektor-sektor vital negara dengan kekuatan modal yang
besar, maka barang-barang kepemilikan umum seperti minyak bumi, gas bumi, dan
barang tambang lain, serta sumber mata air dan hutan akan menjadi milik mereka.
Rakyat akan kehilangan haknya, sedangkan pemerintah tidak bisa mengintervensi.
Peran negara sebagai pelayan rakyat semakin tereduksi, hanya berfungsi sebagai
regulator saja.
Akhirnya, korporasi asing dapat menyetir penguasa. Dengan
mempengaruhi perpolitikan suatu negara untuk menghasilkan kebijakan yang
menguntungkan perusahaan serta negara asalnya, walaupun itu harus mengorbankan
jutaan rakyat lokal.
I.
Konsep Ekonomi Islam
Yang Menyejahterakan
Islam sebagai suatu ideologi/mabda’ yang berasal dari Allah
Yang Maha Mengetahui memiliki tata ekonomi dunia yang dapat menyejahterakan.
Sistem ekonomi ini diterapkan oleh Institusi Pemerintahan Islam dalam bentuk
Khilafah Islamiyah, yang memiliki karakteristik sebagai junnah
(pelindung) dan raa’in (pengatur).
Prinsip Khilafah dalam mengelola kehidupan publik:
- Pemerintah bertanggung jawab penuh dalam pengelolaan pemenuhan hajat hidup publik.
- Anggaran mutlak untuk pengeluaran kemaslahatan publik dan fasilitas umum, yang ketiadaannya mengakibatkan kemudharatan.
- Institusi pemerintah penyedia barang dan jasa hajat hidup publik adalah perpanjangan tangan negara.
- Negara tidak dibenarkan mengambil pemasukan dari fasilitas umum seperti rumah sakit, sarana dan prasarana transportasi publik, termasuk jalan umum.
- Industri-industri barang publik berstatus milik umum wajib mengutamakan fungsi pelayanan dari pada fungsi bisnis.
- Tidak dibenarkan model kemitraan pemerintah swasta,KPS (Puclic Private Partnership, P3S).
- Kekuasaan bersifat sentralisasi, administrasi bersifat desentralisasi.
- Independent terhadap agenda politik hegemonik. Serta anti Penjajahan.
- Strategi pelayanan mengacu pada tiga hal, yaitu : Kesederhanaan aturan; Kecepatan layanan; Dilakukan oleh individu yang kompeten dan capable.
- Karakter penguasa, Kepemimpinan (Syakhsyiyah mas’uliyah) : Taqwa, Rafiq (lemah lembut), hubungan dilingkupi ketulusan, tidak menyentuh sedikitpun harta kekayaan umum, memerintah dengan Islam
- Hanya khilafah, bagian integral system kehidupan Islam.
Prinsip dasar perdagangan internasional Khilafah :
- Dalam perdagangan luar negeri (foreign trade), Negara Khilafah akan campur tangan untuk mencegah dikeluarkannya beberapa komoditi dan membolehkan beberapa komoditi lain, serta campur tangan terhadap para pelaku bisnis Kafir harbi dan mu’ahid
- Dalam perjanjian perdagangan luar negerinya, Negara Khilafah membuat kesepakatan berdasarkan asas kewarganegaraan pedagang, bukan asas komoditas
Oleh karena itu, para pelaku bisnis yang keluar masuk
wilayah Negara Khilafah, terbagi menjadi 3 kelompok dengan perlakuan berbeda :
Warga Negara Khilafah (baik muslim maupun non muslim ahli-dzimmah),
Orang-orang Kafir mu’ahid, Orang-orang Kafir harbi.
Kemampuan khilafah Islam dalam menerapkan sistem
pemerintahan dan ekonomi seiring dengan pandangan Islam yang sangat
bertentangan dengan prinsip-prinsip kapitalisme serta sistem demokrasi yang
telah gagal menyejahterakan masyarakat dunia.
Sejarawan Will Durant menuturkan kebijakan perdagangan
Khilafah Abbasiyyah di era Harun al-Rasyid “Di antara keistimewaan ekonomi
yang dinikmati oleh wilayah Asia Barat (Timur Tengah) adalah adanya satu pemerintahan
yang menguasai kawasan ini, di mana sebelumnya telah terbelah menjadi empat
negara. Dampak dari kesatuan wilayah ini adalah hilangnya semua halangan tarif
dan tax, serta halangan-halangan perdagangan yang lain di dalam negeri. Ini
ditambah dengan fakta, bahwa bangsa Arab tidak seperti bangsawan Eropa yang
selalu memalak pedagang dan memeras mereka. Aktivitas perdagangan ini terus
berlanjut, dan berhasil menghembuskan kehidupan yang kuat di seluruh penjuru
negeri hingga puncaknya pada abad ke-10. Di saat Eropa masih mengalami
kemunduran hingga pada level terendah. Ketika perdagangan ini telah tiada,
jejak-jejaknya masih tersisa dan tampak jelas dalam sejumlah bahasa Eropa, di
mana sejumlah kosakata telah masuk di dalamnya. Seperti Tariff, Magazine,
Cravan dan Bazaar.”
J.
Kesiapan indonesia dalam menghadapi MEA 2015
Peluang Indonesia untuk dapat bersaing dalam MEA 2015
sebenarnya cukup besar, saat ini Indonesia merupakan peringkat 16 di dunia
untuk besarnya skala ekonomi. Besarnya skala ekonomi juga didukung oleh
proporsi penduduk usia produktif dan pertumbuhan kelas menengah yang besar.
Prospek ekonomi Indonesia yang positif juga didukung oleh Perbaikan peringkat investasi indonesia oleh
lembaga pemeringkat dunia serta masuknya indonesia sebagai peringkat empat
prospective destinations berdasarkan UNCTAD World Investment report. Masih
kuatnya fundamental perekonomian Indonesia dapat dilihat ketika banyak negara
yang “tumbang” diterpa pelemahan perekonomian global , perekonomian indonesia
masih dapat terjaga untuk tumbuh positif. Untuk mewujudkan peluang MEA 2015,
sudah saatnya kita berbenah dan melakukan tindakan-tindakan efektif dan terarah
yang didukung oleh berbagai pihak. Dari 12 sektor prioritas yang akan
diimplementasikan pada MEA 2015, kita harus dapat menginventarisir
sektor-sektor potensial yang menjadi unggulan.
Beberapa negara-negara ASEAN sudah mempersiapkan diri,
seperti Thailand, Singapura, Malaysia dan Indonesia. Persiapan yang dilakukan
oleh Indonesia pun masih sekitar 84% dan ini masih terus
bertambah. kemajuan Indonesia harus perlu dipertajam agar bisa mengambil
manfaat terbesar dari terbentuknya MEA. “Tingkat score card nasional kita 84%.
Tingkat pelaksanaan MEA masih seusai rencana. Namun, tingkat kesiapan kita
perlu semakin dipertajam agar Indonesia menjadi pemenang,” ndonesia sendiri
berambisi untuk menjadi pemenang MEA, karena pemerintah telah mempersiapkan
diri melalui pembentuan ASEAN Economic Committee yang melibatkan pemerintah dan
dunia usaha. Menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa mengungkapkan, “pemerintah
terus mempertajam pilar pembentukan Komite Ekonomi ASEAN 2015, antara lain di
bidang politik dan keamanan, ekonomi dan budaya”.
Akan tetapi saingan berat Indonesia datang dari Thailand,
Singapura dan Malaysia. Karena ketiga negara ini pesaing terberat dalam bidang
ansuransi. Seperti yang di katakan Presiden Direktur PT JLT Arman Juffry,
“semua kalangan harus siap menghadapi MEA pada 2015 termasuk kesiapan yang
datang dari industri asuransi. Setidaknya akan ada tiga negara yang menjadi
pesaing berat bagi Indonesia.”
Selain itu dikarenakan, negara-negara seperti Singapura,
Malaysia, dan Indonesia akan berkembang sebagai pusat-pusat bisnis
regional. Adapun negara-negara seperti Vietnam, Laos, dan Myanmar di-set
untuk menjadi pusat-pusat manufaktur. Sehingga perusahaan-perusahaan
memanfaatkan perubahan yang terjadi di ASEAN tersebut untuk menciptakan
efisiensi. Selain itu, mereka juga menyadari penghematan biaya akan
mengembangkan manfaat yang kompetitif.
Dapat dikatakan bahwa Indonesia masih belum sepenuhnya siap
untuk menghadapi MEA, dikarenakan fator infrasruktur yang masih perlu dibenahi
dan perlunya sosialisasi kepada pengusaha (kecil, menengah dan besar) dan
pekerja serta masyrakat.
K.
Pendapat Masyarakat Indonesia
Dalam Menanggapi MEA
Karena masih banyak masyarakat dan pengusaha serta pekerja
yang masih belum mengetahui tentang MEA. Oleh karena itu pemerintah harus
bekerja sama untuk mempersiapkan Indonesia untuk menghadapi MEA. Jangan hanya
mengandalkan Kementrian Perdagangan saja. kemudian Badan Standarisasi Indonesia
(BSN) juga perlu membuat standar kualitas yang dihasilkan oleh produksi
Indonesia agar dapat bersaing dengan anggota ASEAN lainya. Tapi sebagian yang
telah mengetahui berpendapat bahwa berjalannya MEA akan memajukan perekonomian nasional
dan membawa dampak positif pada kesejahteraan masyarakat. Beberapa alasan yang diutarakan:
1. Indonesia sudah siap bersaing dengan negara
ASEAN;
2. Lapangan kerja semakin banyak;
3. Meningkatkan daya saing Indonesia di
mata dunia;
4. Memaksimalkan potensi Indonesia;
5. Mempererat hubungan antar negara
ASEAN.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pasar
bebas sudah didengungkan oleh kaum liberal sejak beberapa abad lalu. Adam Smith
yang menulis buku tentang cara untuk meningkatkan kemakmuran bangsa menulis
buku berjudul “Wealth Of Nations”. Buku tersebut menjelaskan tentang
cara agar bangsa-bangsa meningkatkan kesejahteraan bersama dengan perdagangan.
MEA
(Masyarakat Ekonomi ASEAN) bukan sesuatu yang harus ditakuti, MEA harus menjadi
faktor yang mendorong kita untuk maju. Perdagangan bebas menjadi kebutuhan dan
akan berlaku dikemudian hari, tanpa atau dengan persiapan.
B.
Saran
Tingkatkanlah
kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia. Karena dengan kualitas Sumber Daya
Manusia yang Baik, akan menghasilkan produktivitas yang dapat menyaingi produk
bangsa asing.
REFERENSI
https://marchilinoangga.wordpress.com/2014/11/14/peluang-dan-tantangan-ekonomi-islam-dalam-menghadapi-masyarakat-ekonomi-asean-mea-tahun-2015/https://marchilinoangga.wordpress.com/2014/11/14/peluang-dan-tantangan-ekonomi-islam-dalam-menghadapi-masyarakat-ekonomi-asean-mea-tahun-2015/
http://jakartagreater.com/masyarakat-ekonomi-asean-2015/
https://www.academia.edu/9385385/Dampak_Positif_Berlakunya_Masyarakat_Ekonomi_Asean_2015
http://www.pikiran-rakyat.com/node/303163
http://ekonomi.rimanews.com/bisnis/read/20141014/177805/-Kesiapan-Indonesia-Menghadapi-MEA-Mengkhawatirkan
http://jakartagreater.com/masyarakat-ekonomi-asean-2015/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar