Minggu, 07 Agustus 2016

MAKALAH AQIDAH ISLAM, RUANG LINGKUP AQIDAH ISLAM, DAN POKOK-POKOK AQIDAH ISLAM




PENGERTIAN AQIDAH ISLAM, RUANG LINGKUP AQIDAH ISLAM, DAN POKOK-POKOK AQIDAH ISLAM
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI 1
BAB I. PENGERTIAN AQIDAH ISLAM 2
Pengertian Aqidah Islam 2
BAB II. RUANG LINGKUP AQIDAH DAN AJARAN ISLAM 3
Ruang Lingkup Aqidah dan Ajaran Islam 3
BAB III. POKOK-POKOK AQIDAH ISLAM 5
1.      Percaya Kepada Allah 5
2.      Percaya Kepada Malaikat 7
3.      Percaya Kepada Kitab 8
4.      Percaya Kepada Rasul 9
5.      Percaya Kepada Hari Akhirat 11
6.      Percaya Kepada Taqdir 13
DAFTAR PUSTAKA 15







1
BAB I
PENGERTIAN AQIDAH ISLAM

Secara bahasa Aqidah diartikan dengan: simpulan, ikatan dan sangkutan. Secara tehnis diartikan juga dengan: iman, kepercayaan, dan keyakinan.
Ahmad Hasan dalam bukunya “At-Tauhid” menyatakan: Aqidah itu artinya simpulan, yakni kepercayaan yang tersimpul di hati.
            T. M. Hasbi Ash Shidiqi dalam  bukunya “Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid atau Kalam” mengatakan: Aqidah menurut ketentuan bahasa (bahasa arab) ialah: sesuatu yang dipegang teguh dan terhujam kuat didalam lubuk jiwa dan tak dapat beralih daripadanya.
            Jadi secara bahasa Aqidah berarti: sesuatu yang telah dipercayai atau diyakini benar/sungguh.  
Dinamakan Aqidah Islam karena kepercayaan dan keyakinan itu tumbuh atau dibicarakan menurut ajaran Islam. Aqidah mausia akan bertingkat-tingkat sesuai dengan tingkat pengalaman dan ilmunya masing-masing.


♣ ♣ ♣




2
BAB II
RUANG LINGKUP AQIDAH DAN AJARAN ISLAM

Agama Islam diturunkan oleh Allah kepada manusia antara lain adalah untuk membahagiakan kehidupan mereka dan untuk mereka jadikan sumber bagi segala macam kebenaran yang selalu mereka cari.
            Ruang lingkup Aqidah dan ajaran Islam akan mencakup semua bidang kehidupan manusia. Kalau tidak demikian, bagaimana mungkin Islam akan membahagiakan manusia dan dapat dijadikan sumber kebenaran dalam semua bidang.
            Perincian global ruang lingkup Aqidah dan ajaran Islam itu dari dua segi, yaitu:
            Pertama: dari segi definisi islam itu sendiri. Maka dari definisi Islam itu akan terlihat ruang lingkup ajaran Islam tersebut:
            Mahmud Syaltut (mantan rektor Universitas Al-Azhar Mesir) dalam bukunya “Islam , Aqidah dan Syari’ah” ruang lingkupnya mencakup hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan sesama muslim, hubungan dengan alam dan kehidupan itu sendiri.
            Abu A’la Al Maududi (seorang ulama besar abad XX dari Pakistan) dalam bukunya “Political Theory of Islam” ruang lingkupnya terdiri dari moral, kebudayaan, polotik, hukum, ekonomi, aktivitas-aktivitas sosial dan di dalam kegiatan yang serupa, baik yang bersifat individual, bangsa maupun internasional.
            Kedua: dari segi global ajaran Islam yang telah dibuat oleh para ulamanya. TM. Hasbi Ash Shiddiqi dalam bukunya “Al Islam” ruang lingkupnya mencakup amalan bathin (kepercayaan, budi pekerti), amalan lahir (amalan anggota lidah,
3
tugas hidup untuk diri sendiri, tugas hidup untuk keluarga, tugas hidup untuk umum).
            Syahminan Zaini dalam bukunya “Isi Pokok Islam” ruang lingkupnya mencakup Allah, manusia, alam.
            Dari perincian tersebut tambah jelas lagi, bahwa ajaran dan Aqidah Islam itu benar-benar mengatur seluruh bidang kehidupan dan penghidupan manusia.
Karena itu pembinaan-pembinaan Aqidah bagi umat manusia (terutama umat Islam) di dalam kehidupannya merupakan usaha terpokok. Selama Aqidah belum kuat, selama itu pula syariah dan akhlak Islam belum akan terlaksana dalam masyarakat muslim.


♣ ♣ ♣







4
BAB III
POKOK-POKOK AQIDAH ISLAM

Pembahasan Pokok-Pokok Aqidah Islam ialah rukun iman yang enam. Jadi kita bahas rukun iman tersebut.
1.      PERCAYA KEPADA ALLAH
Arti iman kepada Allah (dari segi kepercayaan hati) adalah kepercayaan yang kokoh bahwa Allah adalah Robb seluruh alam semesta dan apa-apa yang ada didalamnya. Dia adalah satu-satunya pencipta yang menghidupkan dan mematikan, pemberi rezeki, pengatur dan raja dari segala-galanya, tidak ada sekutu dalam kerajaan-Nya dan tidak ada tandingan bagi-Nya, serta tidak terkalahkan bagi siapa pun. Dialah satu-satunya Robb yang haq, yang berhak dan wajib diibadahi, maka tidak ada ibadah sedikitpun dan dalam bentuk apa pun yang boleh diberikan selain kepada-Nya.
Percaya kepada Allah adalah dasar pokok bagi seluruh kepercayaan dalam Islam. Allah dan Rasul-Nya memerintah kepada manusia untuk memantapkan kepercayaan kepada Allah. Allah SWT. Berfirman:
“Bahwasannya Tuhanmu hanyalah Tuhan yang Esa. Karena itu mantapkanlah pendirianmu kepadaNya” (QS. Fushshilat: 6)
“Maka mantapkanlah pendirianmu sebagaimana kamu diperintahkan” (QS. Hud: 112)
“Katakanlah: Aku telah beriman (percaya) kepada Allah kemudian mantaplah pendirianmu.” (HR. Muslim)


5
Pembuktian adanya Allah                
            Salah satu bukti nyata adanya Allah adalah adanya ciptaan Allah yaitu makhluk hidup, alam semesta dan segala isinya. Dimana semua ciptaan-Nya itu saling berkesinambungan dan saling bekerja sama. Kerja sama tersebut tidaklah dapat ditentukan oleh alam dan makhluk hidup itu sendiri. Tetapi ada suatu Dzat yang Maha tinggi, Maha Agung, Maha Perkasa, Maha Menguasai, Maha Menentukan dan Maha Menetapkan yaitu Allah SWT.
Sifat-Sifat Allah
Terbagi menjadi 3, yaitu: 1. Sifat wajib, 2. Sifat Mustahil, 3. Sifat Jaiz
Sifat wajib:
1.      Nafsiah, wujud (Ada). Adanya Allah itu adalah karena Zat-Nya sendiri.
2.      Saldiyah, sifat ini ada 5 macam: a. Qidam (dahulu/tdk bermulaan) b. Baqa (kekal/tidak berkesudahan) c. Mukhlafatu Lil Hawadits (berbeda dengan segala yg baru) d. Qiamuhu Binafsihi (berdiri sendiri) e. Wahdaniyah (maha Esa)
3.      Ma’ani, sifat ini ada 7 macam: a. Qudrah (berkuasa) b. Irodah (berkehendak) c. Ilmu (mengetahui) d. Hayat (hidup) e. Sama’ (mendengar) f. Bashar (melihat) g. Kalam (berkata-kata)
4.      Ma’nawiyah, sifat ini ada 7 macam: a. Qadiran (selalu berkuasa) b. Muridan (selalu berkehendak) c. ‘aliman (selalu mengetahui) d. Hayyan (selalu hidup), e. Sami’an (selalu mendengar), f. Basiron (selalu melihat) g. Mutakaliman (selalu berkata-kata)
Sifat Mustahil
1.      Al ‘Adam, tidak ada.
2.      Al Huduts, baru.
3.      Al Fana, binasa.
6
4.      Al Mumatsalah, serupa dengan makhlik.
5.      Adamul Qiamuhu Binafsihi, tidak berdiri sendiri.
6.      Al Ta’addud, terbilang.
7.      Al Azu, lemah.
8.      Al Karohah, terpaksa.
9.      Al Jahlu, bodoh.
10.  Al Mautu, mati.
11.  Al Ashommu, tuli.
12.  Al ‘Ama, buta.
13.  Al Bukmu, bisu.
14.  Azizan, selalu lemah.
15.  Karihan, selalu terpaksa.
16.  Jahilan, selalu bodoh.
17.  Mayyitan, selalu mati.
18.  Asham, selalu tuli.
19.  Ama, selalu buta.
20.  Abkam, selalu bisu.
Sifat Jaiz
            Ialah sifat yang boleh ada dan boleh pula tidak ada pada Allah. Sifat ini adalah satu saja, yaitu Allah boleh mengerjakan sesuatu dan boleh pula tidak mengerjakan sesuatu.
2.      PERCAYA KEPADA MALAIKAT
Al-Qur’an menyatakan: “Dan Ia (Allah) telah menciptakan segala sesuatu” (QS. Al-An’am: 101)
Kemudian Allah memberitahukan, bahwa Ia telah menciptakan bermacam-macam makhluk di alam ini. Antara lain seperti yang disebutkan di dalam Al-Qur’an ialah:
7
1.      Langit dan bumi (QS. Al An’am:73)
2.      Matahari dan bulan (QS. Al Anbiya’: 33)
3.      Makhluk melata: (QS. An Nur:45)
4.      Jin (QS. Ar Rahman:15)
5.      Malaikat (QS. Ash Shaffat: 150)
Malaikat adalah suatu makhluk ghaib yang diciptakan oleh Allah dari Nur (Cahaya) [HR. Muslim]. Cara mempercayai malaikat dengan mempercayai bahwa Allah mempunyai suatu makhluk yang bernama malaikat, yang diberikan bermacam-macam tugas oleh Allah dan mereka melaksanakan tugas tersebut dengan sangat baik serta tidak pernah mendurhakai-Nya. Kepercayaan tersebut akan mendorong manusia beramal shaleh dengan ikhlas sebanyak-banyaknya, agar ia terpelihara dari godaan dan gangguan syetan.
      Allah berfirman:
“Rosul dan orang-orang yang mukminpada apa-apa kepada yang ditirukan kepadanya dari Robb-Nya. Mereka semua beriman kepada Allah dan maikat-malaikat-Nya...” (QS Al Baqarah: 285)
3.      PERCAYA KEPADA KITAB
Kata “Al Kitab” menurut bahasa berarti “yang tertulis”, yaitu mashdar yang di artikan dengan isim maf’ul. Menurut istilah ialah nama yang diberikan oleh Allah kepada wahyu-Nya, yang diturunkan-Nya kepada Nabi-Nya dengan perantara malaikat Jibril untuk disampaikan kepada umat manusia, yang harus difahami dan diamalkan, agar tercapai tujuan hidupnya didunia ini dan di akhirat nanti.
            Percaya kepadaa kitab Allah berarti: mempercayai bahwa Allah telah menurunkan kitab-kitabNya dengan perantara rasul-rasul-Nya yang berisi peraturan-peraturan bagi kehidupan itu, agar kehidupannya itu mencapai bahagia dunia dan akhirat.
8         
Ada 4 kitab yang dicatat bagi kita, sebagaimana difirmankan Allah berikut ini:
·         Kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa as. (QS. 5: 44)
·         Kitab Zabur kepada Nabi Daud as. (QS. Al Isra’: 55)
·         Kitab Injil kepada Nabi Isa as. (QS. Al Maidah: 46)
·         Kitab Al Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW. (QS. Al An’am: 19)
Kebenaran Al-Qur’an yang kita maksudkan ialah kebenaran Al-Qur’an sebagai wahyu Allah dan kebenaran Al-Qur’an yang sesuai dengan kenyataan. Islam adalah satu-satunya agama yang dibawa oleh para Rasul, sejak rasul pertama hingga rasul terakhir, Nabi dan Rasul Allah yang diutus kepada kita, Muhammad SAW.
“dahulu manusia adalah umat yg satu (setelah timbul perselisihan) maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka kitab yang benar...” (QS Al Baqarah: 213)
4.      PERCAYA KEPADA RASUL
Allah telah menyampaikan peraturanNya kepada manusia dengan melalui para rasul yang dipilihNya diantara manusia sendiri, agar manusia dapat pula mempergunakan panca indera serta akal pikirannya untuk mengamati nilai-nilai yang terdapat dalam kehidupan para Rasul dan tanda-tanda kekuasaanNya di
dalam alam semesta untuk memperteguh iman dan mengembangkan amal shalehnya.
Secara bahasa Rasul berarti utusan atau orang yang diutus. Secara agama ialah orang yang di utus oleh Allah dengan membawa aturan-aturan Allah untuk disamapaikan kepada manusia agar manusia itu mengatur kehidupan dan penghidupannya dengan aturan tersebut, atau dengan singkat agar menyembah Allah. Ada pula kata lain yang dipakai dalam Al Qur’an untuk menamai mereka , yaitu Nabi.

9
Secara bahasa Nabi berarti orang yang memberi kabar atau orang yang mengabarkan hal-hal gahib. Secara agama ialah orang yang mengabarkan sesuatu dari Allah dengan wahyu atau dengan ilham. Rasul dan Nabi itu berbeda, Rasul diberi wahyu oleh Allah dan diwajibkanNya untuk menyampaikan kepada manusia. Tetapi Nabi diberi wahyu oleh Allah dan tidak diwajibkan-Nya untuk menyampaikannya kepada manusia.
Persamaannya, Rasul = Nabi yang diberi wahyu oleh Allah dan diwajibkan-Nya menyampaikannya kepada manusia. Nabi atau Rasul itu hanyalah dari  orang laki-laki saja, tidak ada yang dari orang perempuan.
“Dan Kami tidaklah mengutus sebelum kamu, melaikan laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka” (QS. An Nahl: 43)
            Diantara rasul-rasul itu ada pula yang disebut “Ulul Azmi” yaitu: Yang mempunyai hati yang teguh dan cita-citanya dikejar dengan sepenuh kesungguhan samapai tercapai.
“Maka bersabarlah kamu sebagaimana sabarnya Rasul-Rasul “Ulul Azmi” (QS. Al Ahqaf: 35)
Yang dikategorikan Rasul-Rasul Ulul Azmi itu adalah:
·         Muhammad.
·         Nuh.
·         Ibrahim.
·         Musa.
·         Isa.
Di dalam Al-Qur’an banyak disebutkan mu’jizat bagi masing-masing Rasul, diantaranya:

10
a.      Nabi Nuh: topan (QS. Hud: 40-44)
b.      Nabi ibrahim: tidak hangus dibakar (QS. Al Anbiya’: 69)
c.       Nabi Sulaiman: dapat mengerti bahasa burung dan semut serta tentaranya dari jin (QS. An Naml: 16-19)
d.     Nabi Musa: tongkatnya jadi ular (QS. Naml:10), tangannya bersifat putih (QS. An Naml: 12), dan membelah laut (QS. Asy Syuara: 63)
e.      Nabi Isa: membuat burung dari tanah dan hidup, menyembuhkan orang buta dan penyakit sopak, menghidupkan orang mati, mengetahui apa yang disimpan dan dimakan orang dirumahnya (QS. Ali Imran: 49)
f.        Nabi Muhammad: ialah Al-Qur’an. Sehingga Allah menantang manusia dan Jin untuk menirunya (QS. Al Baqarah: 23 dan QS. Al Isra’: 88)

5.      PERCAYA KEPADA HARI AKHIRAT
Kehidupan manusia sudah dimulai sejak dari alam arwah, yaitu semenjak terjadinya perjanjian manusia dengan Allah. (QS. Al A’raf: 172) atau sejak dalam jannah, yaitu semenjak Adam diuji oleh Allah dengan Malaikat dan kemudian Adam dengan isterinya disuruh-Nya tinggal dalam jannah itu (QS. Al Baqarah: 30-35), atau sewaktu manusia menerima amanat dari Allah (QS. Al Ahzab: 72).
Hari akhir adalah hari yang akan terjadi nanti, yaitu setelah alam ini hancur (kiamat) dan manusia dibangkitkan kembali dari kuburnya serta dikumpulkan disuatu tempat yang bernama masyhar. Sesudai itu manusia akan diadili dan akhirnya akan dibalasi dengan syurga atau diganjar dengan neraka.
“Dan sesungguhnya kiamat itu pasti akan datang, tidak ragu-ragu lagi dan sesungguhnya Allah akan membangkitkan orang-orang yang di dalam kubur: (QS Al Haj: 7).
            Tanda-tanda kiamat dibagi menjadi 2, yaitu:

11
1.      Kiamat kecil
·         Ada dua golongan yang besar-besaran saling membunuh, sedangkan keduanya sama-sama nengajak kepada keluruhan islam.
·         Lahirnya para Dajjal, tukang dusta.
·         Ilmu agama dicabut.
·         Banyak terjadi gempa bumi.
·         Jarak yang jauh dapat ditempuh dengan waktu yang pendek.
·         Terjadi banyak fitnah.
·         Banyak bunuh-membunuh.
·         Banyak orang yang mengharapkan kematian sebelum waktunya. (HR. Bukhari)
2.      Kiamat besar
·         Terbitnya matahari dari barat. (HR. Bukhari dan Muslim)
·         Munculnya binatang yang ajaib. (QS. An Nahl:82 dan Hadits Muslim)
·         Keluarnya Ya’juj dan Ma’juj. (QS. Al Kahfi: 98-99 dan Hadits Muslim)
·         Rusaknya Ka’bah. (Hadits Muslim)
·         Lenyap Al-Qur’an dari hati. (Hadits Ibnu Majah)
·         Manusia jadi kafir semua. (Hadist Muslim)

6.      PERCAYA KEPADA TAQDIR
Allah SWT. Di dalam kitab suci Al-Qur’an menyatakan:bahwa tiap sesuatu yang ada di dalam alam ini diciptakan-Nya dengan taqdir.
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan tiap sesuatu dengan taqdir” (QS. Al Qomar: 49).
“Dan tidak ada sesuatu apapun, melainkan disisi Kamilah perbebendaharaannya dan Kami turunkan dia dengan taqdir yang telah dipastikan” (QS. Arl Hijr: 21).

12
Dalam percaya kepada taqdir ini ada dua kata yang selalu berkaitan dan harus dibicarakansecara bersama-sama, yaitu qadar dan qodha.
Al Asy’ari mengatakan: Qadha ialah iradat Allah dalam azali yang akan berlaku atas sesuatu yang telah ditetapkan padanya. Qadar ialah perwujudan sesuatu menurut kadar tertentu dan bentuk tertentu pula sesuai dengan iradat Allah.
Syekh Abul Wafa’ Muhammad Darwisi dalam bukunya “Al Qadha’u wal Qadar” mengatakan: Qadar ialah peraturan umum yang diciptakan Allah untuk menjadi dasar alam ini yang didalamnya terdapat hubungan sebab dan akibat. Qadha ialah berlakunya pengaruh sunah itu di luar, yakni perwujudan alam dan terlaksananya qadar Allah baginya.
Jadi singkatnya menurut pandangan yang pertama dan kedua ini inti maksudnya sama, qadar adalah ketentuan, sedangkan qadha ialah perwujudan. Hanya saja pemakaian kata-katanya yang berbeda.
Taqdir itu ada dua macam, yaitu :
1.      Taqdir Mubram, yaitu taqdir yang tidak dapat di elakan, yaitu seperti mati.
2.      Taqdir mu’allaq, yaitu taqdir yang harus dicari dengan segala kemampuan; seperti pintar, jadi kaya dan lain-lain. Hasil akhirnya pun tentu akan berbeda-beda pula.
Hikmah Percaya kepada Taqdir
a.      Mendorong untuk menuntut ilmu dengan tekun dan matang.
b.      Mendorog untuk berusaha lebih terencana dan lebih sungguh-sungguhdari masa kemasa.
c.       Membuat hidup lebih  tenang dan sabar dalam menghadapi segala macam problem.


13
d.     Membebaskan manusia dari bermacam-macam penyakit rohani, seperti: iri, ria, sombong, angkuh, dll.
e.      Menyuburkan dalam jiwa manusia, segala macam sifat-sifat yang baik, seperti ikhlas, kasih-sayang, rajin, dll.

♣ ♣















14
DAFTAR PUSTAKA

1.      Al-Qur’an
2.      Syahminan Zaini, Pedoman Aqidah Islam, Pustaka Darul Ilmi, Bekasi.
3.      H. Asmi, Bunga Rumpai Aqidah Islam, Marwah Indo Media.
4.      DR.Rosihon Anwar M.Ag, Akidah Ahlak, Pustaka Setia, Bandung.















15

Tidak ada komentar:

Posting Komentar